Tingkatkan Koordinasi Tanggulangi Kemiskinan

Kegiatan yang sudah dilakukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) dinilai Wakil Walikota Pontianak, Paryadi, masih minim. Pasalnya, kegiatan terakhir TKPK baru sampai pada Analisis Kemiskinan Tingkat Kota. “Oleh karena itu masih banyak hal yang harus dilakukan tim ini, misalnya pengkoordinasian, pemantauan, supervisi dan tindak lanjut terhadap capaian tujuan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan agar sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah,” ujar Paryadi pada Lokakarya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan dengan tema “Review Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan”, Rabu (4/4) di Aula Rohana Muthalib Kantor Bappeda Kota Pontianak.
            Selain itu, lanjut Paryadi, pengkoordinasian evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan serta penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SKPD) juga perlu dilakukan. “Fasilitasi SKPD dijadikan acuan penanggulangan kemiskinan tingkat kota,” katanya.
            Dia juga meminta, TKPK berupaya mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan kesenjangan antara harapan yang ingin diwujudkan dengan kenyataannya. “Diperlukan adanya tim teknis dan stakeholder yang telah ditetapkan dikuatkan kembali agar dapat menjalankan fungsinya masing-masing,” tuturnya.
            Wakil Walikota berharap, PNPM Mandiri Perkotaan mampu membangun sinergi sampai ke tingkat masyarakat di mana PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan. Untuk itu dibutuhkan kepedulian dan kapasitas pemahaman yang utuh, kemampuan berkoordinasi dan bekerja sama agar program-program penanggulangan kemiskinan dapat berjalan seiring dan saling menguatkan. “Disinilah kiranya poin penting pelaksanaan kegiatan lokakarya yang kita lakukan hari ini,” tegasnya. (jm)

Pemkot Serahkan Bantuan Hibah Rutan ke Polresta

Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak, Selasa (3/4) menyerahkan hibah berupa pembangunan rumah tahanan (rutan) wanita khusus tahanan narkoba. Rutan yang terletak di belakang Kantor Polresta Pontianak ini dibangun sebagai bentuk apresiasi Pemkot karena peranan Polri dalam kontribusinya memberikan pelayanan publik yang baik sehingga Kota Pontianak meraih peringkat keenam dari sepuluh besar pelayanan publik terbaik se Indonesia. “Artinya peran instansi Polri dalam memberikan pelayanan publik yang baik sebagai salah satu yang masuk kategori penilaian. Ini kan termasuk pelayanan, walaupun itu misalnya tahanan tapi mereka juga harus diperlakukan manusiawi,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji usai meresmikan rumah tahanan wanita khusus tahanan narkoba di Polresta Pontianak.
            Tak hanya itu, Pemkot juga akan membangun Kantor Polsek Barat karena dinilainya Polsek Barat perlu diperbaiki agar menjadi tempat yang representatif. “Ini sebagai bentuk perhatian dari Pemkot terhadap layanan yang diberikan oleh jajaran kepolisian,” katanya.
            Sementara itu, Kapolresta Pontianak, Kombes Polisi Muharrom Riyadi mengatakan, ruang tahanan yang ada di Mapolresta saat ini sebanyak empat ruang tahanan dengan rata-rata tahanan yang ditahan berjumlah 60 hingga 70 tahanan. “Dengan adanya pembangunan ruang tahanan ini kita akan sangat terbantu sekali. Karena memang tahanan narkoba cukup banyak di Kota Pontianak ini,” ungkap Muharrom.
            Diakuinya, kapasitas ruang tahanan yang ada masih kurang sehingga terjadi over kapasitas. Dengan adanya bantuan hibah berupa pembangunan ruang tahanan ini, pihaknya akan segera memfungsikannya.
            Rumah tahanan wanita khusus tahanan narkoba yang dibangun dengan dana hibah dari Pemkot sebesar Rp 800 juta lebih ini terdiri dari dua lantai dengan fasilitas empat ruang tahanan dan toilet serta jeruji pengaman. (jm)

Terapkan IT Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Puluhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Yayasan Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak, Senin (2/4), beraudiensi dengan Walikota Pontianak, Sutarmidji, di Media Centre Pemkot Pontianak.
Dalam arahannya, Walikota meminta kepada pihak sekolah, terutama para guru agar membuat metode pembelajaran yang penuh inovasi. ABK, kata Walikota, banyak jenisnya. Jadi modul pembelajaran juga harus banyak dimodifikasi sebagai acuan untuk proses belajar mengajar.
Menurut dia, ada juga ABK yang cerdas dan bisa mandiri. "Bahkan, ada ABK yang berhasil mendapatkan gelar Insinyur. Nah, inilah yang menjadi tantangan pihak sekolah, sehingga anak didiknya bisa mandiri dan cerdas," ucap Sutarmidji.
Dia berharap, agar Yayasan Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak makin maju lagi seperti yayasan sekolah ABK di Semarang yang bisa membuat terobosan untuk anak berkebutuhan khusus.  
Dalam audiensi ini, Walikota juga memberi kesempatan kepada para ABK untuk tanya jawab dengan Walikota. Hal itu pun tidak disia-siakan Alif Dwi Cahyo siswa Kelas II SMK Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak. Alif lebih banyak menceritakan metode pembelajaran di sekolah tempat dia menimba ilmu itu. "Kami selalu diajarkan dengan sistem multimedia. Siswa diajarkan komputer dengan baik dan benar. Diajarkan mengerjakan soal-soal UN lewat internet. Diajarkan jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Diajarkan keterampilan menjahit dan menyulam serta ada kegiatan ekstrakulikuler berupa renang dan futsal," beber Alif dengan polosnya.
Selain itu, tambah Alif, di Cahaya Bangsa Khatulistiwa ada terapi  motorik siswa.
Mendengar penjelasan dari Alif, Walikota menyatakan, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ini dalam penggunaan Informasi Teknologi (IT) nya lebih canggih dari dirinya. "Saya saja tidak ada jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Kalau kalian punya akun jejaring sosial, berarti penguasaan IT nya bagus. Bahkan Alif ini bisa jadi Ustadz," kata Walikota.
Sementara itu, Kepala Sekolah Cahaya Bangsa Khatulistiwa, Najmuddin, mengatakan, pihaknya sengaja menerapkan sistem pembelajaran online kepada siswanya. "Kami juga mewajibkan semua siswa yang baru masuk untuk memiliki laptop sebagai media pembelajaran," jelas Najmuddin.
Secara teori, jelas dia, struktur otak anak autis adalah komputer. "Makanya kami menggunakan sistem IT. Anak-anak autis tidak perlu diajarkan lagi cara mengoperasional komputer, sebab mereka sudah otodidak," ujar dia.
Dia menambahkan, pihaknya menggunakan kurikulum modifikasi sesuai kebutuhan anak didiknya. (jm)

Warga Dilatih Siaga Banjir

Sebanyak 40 warga dari 13 kelurahan di Kota Pontianak mendapat pelatihan menghadapi banjir, Sabtu (31/3) di Aula Rohana Muthalib Kantor Bappeda Kota Pontianak. Dengan pelatihan ini warga tersebut diharapkan menjadi yang terdepan jika di terjadi banjir di Kota Pontianak. “Biasanya bencana banyak makan korban harta dan benda karena korban panik, tidak memiliki pengetahuan tentang kebencanaan. Dengan memberi ilmu kepada warga seperti ini diharapkan dapat meminimalisir korban, baik harga maupun jiwa,” kata Wakil Walikota Pontianak.
Sebanyak 40 warga itu merupakan utusan dari setiap kelurahan di Kota Pontianak yang berada di sepanjang bantaran Sungai Kapuas. Dari 13 kelurahan yang diundang hanya Sungai Beliung yang tidak mengirim utusannya, padahal kelurahan itu beresiko besar mengalami bencana banjir. Pada Desember 2010 beberapa rumah di Sungai Beliung hanyut karena banjir rob yang datang tiba-tiba.
Paryadi mengatakan, dia berharap ada tindaklanjut dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kot Pontianak setelah pelatihan warga siaga banjir tersebut. “Pikirkan bagaimana menindaklanjut pelatihan ini. Misalnya dengan menjalin komunikasi dan koordinasi dengan BPBD, entah apa bentuknya mungkin ada koordinator warga nanti,” ucapnya.
Selain teori warga juga menjalani simulasi dan praktik lapangan di Taman Alun-alun Kapuas, Sabtu siang hingga sore. Mereka mendapat pelatihan dari PMI Kalbar dan Kantor SAR Pontianak. PMI memberikan pengetahuan bantuan hidup dasar, sementara SAR mentransfer ilmu recue air.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana BPBD Kota Pontianak Haryadi mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti penyiapan warga siaga banjir tersebut. Menurutnya hal itu penting karena memang Kota Pontianak langganan bencana terutama banjir. “Nanti akan kita pikirkan untuk membuat posko warga siaga bencana, tidak hanya banjir,” ujarnya.
Diharapkannya warga yang mendapat ilmu kebencanaan tersebut dapat terus mengasah kemampuan dan menularkannya ke lingkungan terdekat. Keluarga dan warga sekitar tempat tinggal. “Yang terpenting bagaimana menanamkan kepedulian kita terhadap bencana. Karena hanya sedikit orang yang peduli,” ungkap Haryadi.
Salah seorang peserta Iil meminta kegiatan ini tidak berhenti pada pelatihan saja. Ada tindaklanjut dari Pemkot Pontianak terhadap mereka yang peduli bencana. “Sayang kalau hanya berhenti begini saja. Mestinya ada terus kegiatan, baik tingkat kota atau kecamatan,” pungkasnya.  (jm)
                         
           

Followship

 
 

© Bluberry Template Copyright by Kota Pontianak

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks