Diklat SPIP Wujudkan Good Governance dan Clean Government

Ada dua hal yang menjadi target dalam menjalankan roda pemerintahan yakni terwujudnya good governance dan clean government. Target ini menjadi tujuan negara mulai dari tingkat aparatur pemerintah pusat hingga di bawahnya termasuk di dalamnya pemerintah daerah. “Seiring berkembangnya jaman, good governance dan clean government bukan hanya menjadi target dan tujuan tetapi sudah menjadi sebuah keharusan, kebutuhan dan perilaku yang harus kita lakukan setiap hari dalam menjalankan roda pemerintahan,” ujar Wakil Walikota Pontianak, Paryadi saat membuka pendidikan dan latihan (diklat) Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan (SPIP), Senin (31/10) di Aula Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Kantor Walikota.
            Untuk mewujudkan good governance dan clean government ini, salah satu upayanya yakni dengan mengimplementasikan SPIP di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak.  Diklat SPIP ini digelar bertujuan untuk mencapai pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. SPIP ini sebagai pedoman pengendalian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.
            Menurut Paryadi, ada perubahan mendasar dalam SPIP, dulunya dikenal sebagai pengawasan melekat (waskat), yang harus dilakukan, tidak hanya persoalan disiplin terhadap staf dan pegawai yang ada di lingkungan pemerintahan tetapi juga bagaimana mengatur pengelolaan keuangan yang ada di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). “Selain itu juga untuk mengawasi kinerja yang ada di lingkungan SKPD, kinerja dalam artian termasuklah kedisiplinan pegawai, produktifitas staf yang ada di lingkungan pemerintahan,” imbuhnya.
            Diakuinya, dalam ruang lingkup birokrasi ada kecenderungan hanya memperhatikan time atau waktu, tidak mencoba melihat dari sisi produktifitas. Bahkan terkadang hanya melihat secara tekstual kerja yang sudah dilakukan. “Padahal sebenarnya ketika kita sedikit mengulas tentang bagaimana ke depannya yang kita lakukan maka waktu itu bukan lagi sekedar memenuhi jam kerja,” tukasnya.
            Terkait produktifitas kerja, dia mencontohkan perbankan atau perusahaan-perusahaan multinasional yang cenderung melihat produktifitas atau kerja yang dihasilkan staf yang ada di sebuah perusahaan. “Sementara di lingkungan birokrasi atau pemerintahan yang dilihat pegawainya hanya jam kerjanya saja,” ungkap Paryadi.
            Dia prihatin, selama ini SKPD hanya berpatokan pada target penyelesaian Surat Pertanggungjawaban (SPJ) tepat waktu tanpa memperhatikan produktifitas. SKPD dinilainya kurang jeli menerjemahkan bagaimana sistem pengelolaan keuangan mencapai opini wajar tanpa pengecualian sesuai dengan yang ditargetkan Walikota. “Seharusnya ini bisa diterjemahkan dalam setiap lingkungan SKPD, yang itu bisa menjadi target. Ada target dan capaian sehingga nanti ada reviewnya juga kelihatan jelas,” jelasnya.
            Wakil Walikota berharap, tiap-tiap SKPD juga memiliki target yang dibuat dalam ruang lingkup internal masing-masing sehingga target Pemkot untuk mencapai opini wajar tanpa pengecualian bisa terwujud.
            Dalam kesempatan itu, Paryadi meminta jajaran Pemkot untuk meningkatkan produktifitas dengan menciptakan kreatifitas dan inovasi-inovasi sehingga target yang diharapkan bisa tercapai dengan baik. (jm)

Pemadaman Listrik Berdampak Pada Investasi

Pemadaman listrik yang kerap terjadi dan dikeluhkan oleh masyarakat diharapkan tidak lagi terjadi. Hal ini diungkapkan Wakil Walikota Pontianak, Paryadi pada kegiatan Fun Bike yang digelar Perusahaan Listrik Negara (PLN) dalam rangka Hari Listrik Nasional ke 66, Minggu (30/10) pagi di halaman Kantor PLN Cabang Pontianak. Anehnya, saat Paryadi mengatakan “Saya harap tidak lagi terjadi listrik byar pet” tiba-tiba saja sound system mati mendadak. Kontan semua orang yang hadir bersorak akibat matinya sound system. Namun matinya sound system ternyata bukan dikarenakan padamnya listrik tetapi diakibatkan adanya kabel sound system yang terlepas.
            Menurut Paryadi, pemadaman listrik bisa berdampak pada investasi di Kota Pontianak karena setiap aktivitas usaha memerlukan listrik. “Misalnya orang yang mau membangun perumahan pasti memerlukan listrik, orang yang bangun rumah kalau tidak ada aliran listriknya pasti tidak mau ditinggali,” ujar Paryadi.
            Listrik merupakan hal yang utama dan salah satu kebutuhan dasar masyarakat. Dia tidak menginginkan penyediaan listrik yang ada di negara ini kalah dengan negara tetangga. “Kita semua pernah dengar masyarakat kita di wilayah perbatasan menggunakan listrik dari Malaysia. Mendengar dan membaca hal ini membuat kita miris dan sangat prihatin,” ungkapnya prihatin.
            Wakil Walikota juga mengajak masyarakat untuk menghemat penggunaan listrik dengan menggunakan sesuai dengan kebutuhan dan mematikan lampu atau alat-alat elektronik yang tidak digunakan. “Mari kita gunakan listrik seperlunya, matikan selebihnya karena ini juga manfaatnya untuk kita semua,” tuturnya.
            Dalam kesempatan itu, Paryadi pun mengingatkan kepada masyarakat terutama anak-anak agar tidak bermain layang-layang apalagi menggunakan tali kawat karena bisa mengakibatkan pemadaman listrik. Kendati kabel listrik yang ada dilapisi namun bukan tidak mungkin lapisan kabel itu terkikis oleh gesekan-gesekan benang maupun tali kawat yang berakibat timbulnya ledakan. “Saya menghimbau, jangan bermain layang-layang karena banyak kerugian yang ditimbulkan,” himbaunya.
            Terkait kegiatan car free day, dia meminta PLN yang gedung kantornya masih termasuk dalam kawasan car free day untuk ikut mensupport dengan menggelar berbagai kegiatan olahraga seperti senam atau kegiatan lainnya. “Terlebih jika teman-teman yang ingin menyelenggarakan hiburan-hiburan di kawasan car free day, tentunya memerlukan listrik. Untuk itu, saya harapkan PLN bisa memberikan bantuannya dengan menyediakan aliran listrik,” pungkasnya. (jm)

Followship

 
 

© Bluberry Template Copyright by Kota Pontianak

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks