Sutarmidji Minta Siswa Ungkap Tabir Rahasia Kulminasi

Tak seperti hari biasanya, Kamis (22/9) kawasan Tugu Khatulistiwa dipadati oleh masyarakat yang ingin menyaksikan langsung detik-detik matahari berkulminasi pada nol derajat. Pesona kulminasi matahari, even yang merupakan agenda rutin setia dua kali dalam setahun ini yakni pada bulan Maret dan September tak pernah sepi oleh pengunjung yang tertarik menyaksikan fenomena alam yang merupakan kebanggaan masyarakat Kalbar pada umumnya dan Kota Pontianak khususnya.
            “Untuk titik kulminasi nol derajat yang letaknya di tengah-tengah kota itu hanya ada di Kota Pontianak,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji mengawali sambutannya menjelang detik-detik matahari berkulminasi. Meskipun di 10 negara lain kulminasi matahari ada tapi tidak berada tepat di tengah-tengah kota.
            Sutarmidji mengungkapkan, kulminasi matahari ini merupakan aset wisata dan ilmiah yang ada di Kota Pontianak. Oleh sebab itu, dia menginginkan aset ini dikelola secara baik namun kendalanya lahan di kawasan Tugu Khatulistiwa ini bukan merupakan aset Pemkot melainkan aset TNI. “Dan mudah-mudahan sekalipun tidak kita miliki, tahun depan ketika bapak ibu berkunjung ke sini, kawasan ini sudah ada perubahan yang berarti,” katanya.
            Kendati lahan ini bukan merupakan milik Pemkot dan belum ada kesepakatan terkait lahan ini, namun Sutarmidji bertekad untuk menata kawasan ini menjadi lebih baik. “Saya juga berharap ada kerja sama nanti dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kita ingin menyatukan agenda-agenda atau even-even yang ada di Kota Pontianak maupun yang ada di Provinsi Kalbar,” ungkapnya.
            Dalam kesempatan itu, Sutarmidji juga berharap pengunjung tidak hanya sekedar melihat bagaimana matahari berkulminasi tetapi dia meminta khususnya siswa-siswi sekolah, kedepannya untuk mencoba mengungkap tabir rahasia terjadinya titik kulminasi ini. “Ini yang belum kita lakukan. Tahun depan, Insya Allah kita akan bekerja sama dengan BPPT untuk mengkaji secara ilmiah tentang kulminasi ini agar kita tidak hanya terjebak pada kegiatan-kegiatan seremonial tetapi juga bisa membuka rahasia dibalik kulminasi ini,” paparnya.
            Sementara itu, salah satu utusan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), Angel Arenas, yang merupakan pemrakarsa penulisan puisi secara massal, mengatakan matahari merupakan sebagai simbol pemersatu antar negara dan budaya. “Hanya ada satu matahari di dunia ini dan matahari milik semua orang di dunia ini,” katanya.
            Menurut dia, kulminasi matahari ini merupakan momen yang sangat spesial dan momen ini digunakannya untuk mencanangkan penulisan puisi secara massal yang bertajuk “Giant Poems”.  Puisi ini bisa ditulis oleh siapa saja dengan syarat tidak berbau politik, SARA, mengkritik dan menghujat.  “Setiap orang silakan menuliskan perasaan tentang keindahan  dan mencurahkan perasaannya dalam bentuk puisi,” ucapnya dengan ramah. (jm)

266 Rumah Akan Terima Bantuan Rehab

Sebanyak 266 rumah tak layak huni (RTH) tahun ini akan mendapat bantuan untuk rehabilitasi rumah dari Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak.  Bantuan yang akan diberikan senilai Rp 7,5 juta untuk tiap rumah, berupa bahan material termasuk untuk biaya makan minum pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi rumah. “Saya harap pelaksanaannya bisa dimulai awal bulan Oktober ini,” ujar Walikota Pontianak, Sutarmidji saat memberikan pengarahan dan sosialisasi kepada masyarakat yang akan menerima bantuan ini, Kamis (22/9) di aula Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) Kantor Walikota.
            Dalam kesempatan itu, dia juga minta kepada setiap camat dan lurah untuk ikut berperan aktif mengawasi dan memonitor pelaksanaan rehabilitasi RTH di wilayahnya masing-masing. “Camat dan lurah saya minta ikut berperan aktif mengawasi pelaksanaannya,” pesannya.
            Kepada masyarakat penerima bantuan, Walikota juga berpesan agar bantuan yang diberikan ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bantuan ini diberikan kepada masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkan untuk merehab rumah yang dinilai tidak layak huni sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh Pemkot. Penerima bantuan ini berasal dari masyarakat miskin berdasarkan data dari tiap-tiap kelurahan.
            Dana yang dibutuhkan untuk rehabilitasi RTH ini senilai lebih kurang Rp 2 milyar bersumber dari APBD. (jm)

Cegah Konflik Antar Agama dan Etnis

Menyikapi keprihatinan terkait aktivitas konflik di beberapa daerah yang dapat memicu kerawanan sosial serta mencermati kondisi Kota Pontianak, Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melalui Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kota Pontianak, Rabu (21/9) menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan Forum Pembaharuan Kebangsaan, Forum Komunikasi Umat Beragama dan Komunitas Intelijen Daerah di aula rumah jabatan Wakil Walikota Pontianak.
            Menurut Wakil Walikota Pontianak, Paryadi mengatakan rakor yang melibatkan tokoh-tokoh agama maupun etnis ini sebagai upaya meningkatkan kebersamaan antar agama dan antar etnis yang ada di Kota Pontianak sehingga masyarakat paling bawah bisa melihat langsung keharmonisan hidup berbangsa dan bernegara di kota ini. “Paling tidak tokoh-tokoh agama dan etnis bersatu, duduk satu meja dan bergandengan tangan dalam kegiatan apapun sebagai cerminan kehidupan masyarakat kita yang harmonis,” ujar Paryadi usai memimpin rakor.
            Dia menilai, potensi konflik di Kota Pontianak ini ada namun dalam konteks tertentu, misalnya kegiatan olahraga yang dapat memicu perkelahian dan bisa saja berkembang. “Ini bisa saja disebabkan umumnya pemuda atau remaja yang memiliki rasa ego dan semangat yang begitu tinggi sehingga berpotensi timbulnya konflik. Ini yang kita coba berikan pemahaman kepada masyarakat dalam mencegah munculnya konflik,” jelasnya.
            Untuk itu, sebagai salah satu tindak lanjut dari rakor ini, lanjut dia, dengan mengambil momen Hari Jadi Kota Pontianak bulan Oktober mendatang, tokoh-tokoh yang hadir berinisiatif untuk menggelar semacam doa atau ikrar bersama antar tokoh agama dan etnis. “Kita sedang menggodok ini, apakah nantinya dalam bentuk doa bersama atau ikrar bersama dalam mewujudkan kehidupan antar agama dan antar etnis yang harmonis di Kota Pontianak,” tutupnya. (jm)

Followship

 
 

© Bluberry Template Copyright by Kota Pontianak

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks