Terapkan IT Pada Anak Berkebutuhan Khusus

Puluhan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Yayasan Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak, Senin (2/4), beraudiensi dengan Walikota Pontianak, Sutarmidji, di Media Centre Pemkot Pontianak.
Dalam arahannya, Walikota meminta kepada pihak sekolah, terutama para guru agar membuat metode pembelajaran yang penuh inovasi. ABK, kata Walikota, banyak jenisnya. Jadi modul pembelajaran juga harus banyak dimodifikasi sebagai acuan untuk proses belajar mengajar.
Menurut dia, ada juga ABK yang cerdas dan bisa mandiri. "Bahkan, ada ABK yang berhasil mendapatkan gelar Insinyur. Nah, inilah yang menjadi tantangan pihak sekolah, sehingga anak didiknya bisa mandiri dan cerdas," ucap Sutarmidji.
Dia berharap, agar Yayasan Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak makin maju lagi seperti yayasan sekolah ABK di Semarang yang bisa membuat terobosan untuk anak berkebutuhan khusus.  
Dalam audiensi ini, Walikota juga memberi kesempatan kepada para ABK untuk tanya jawab dengan Walikota. Hal itu pun tidak disia-siakan Alif Dwi Cahyo siswa Kelas II SMK Cahaya Bangsa Khatulistiwa Pontianak. Alif lebih banyak menceritakan metode pembelajaran di sekolah tempat dia menimba ilmu itu. "Kami selalu diajarkan dengan sistem multimedia. Siswa diajarkan komputer dengan baik dan benar. Diajarkan mengerjakan soal-soal UN lewat internet. Diajarkan jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Diajarkan keterampilan menjahit dan menyulam serta ada kegiatan ekstrakulikuler berupa renang dan futsal," beber Alif dengan polosnya.
Selain itu, tambah Alif, di Cahaya Bangsa Khatulistiwa ada terapi  motorik siswa.
Mendengar penjelasan dari Alif, Walikota menyatakan, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus ini dalam penggunaan Informasi Teknologi (IT) nya lebih canggih dari dirinya. "Saya saja tidak ada jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Kalau kalian punya akun jejaring sosial, berarti penguasaan IT nya bagus. Bahkan Alif ini bisa jadi Ustadz," kata Walikota.
Sementara itu, Kepala Sekolah Cahaya Bangsa Khatulistiwa, Najmuddin, mengatakan, pihaknya sengaja menerapkan sistem pembelajaran online kepada siswanya. "Kami juga mewajibkan semua siswa yang baru masuk untuk memiliki laptop sebagai media pembelajaran," jelas Najmuddin.
Secara teori, jelas dia, struktur otak anak autis adalah komputer. "Makanya kami menggunakan sistem IT. Anak-anak autis tidak perlu diajarkan lagi cara mengoperasional komputer, sebab mereka sudah otodidak," ujar dia.
Dia menambahkan, pihaknya menggunakan kurikulum modifikasi sesuai kebutuhan anak didiknya. (jm)

0 komentar:

Posting Komentar

Followship

 
 

© Bluberry Template Copyright by Kota Pontianak

Template by Blogger Templates | Blog-HowToTricks