Kelangkaan bahan
baku untuk pembuatan meriam karbit, menurut Sutarmidji, tidak menjadi masalah
yang berarti karena satu meriam karbit bisa bertahan hingga puluhan tahun
lamanya. “Kalau untuk bahan baku Insya Allah masih tersedia sepuluh hingga lima
puluh tahun yang akan datang,” ujarnya.
Dia menambahkan, untuk
meningkatkan jumlah peserta, kedepannya Pemkot akan mendorong kelompok-kelompok
lainnya untuk membuat meriam karbit. “Ke depannya, tidak hanya pada malam Hari
Raya Idul Fitri, tetapi pada titik-titik tertentu kita akan siapkan meriam
karbit agar ketika wisatawan datang dan ingin menyulut meriam karbit bisa
dilakukan kapan saja,” jelasnya.
Sutarmidji
mengklaim, perkembangan pariwisata di Kota Pontianak beberapa tahun terakhir
ini sudah mulai nampak dengan banyaknya hotel-hotel yang dibangun serta
banyaknya investor yang berinvestasi di bidang perhotelan. “Kita juga akan
kemas beberapa obyek wisata lagi termasuk Pontianak tanpa bayangan di kulminasi
September hingga Oktober,” terangnya.
Untuk pembinaan
tradisi meriam karbit ini telah diwadahi oleh Forum Meriam Karbit yang telah
dibentuk untuk mengkomunikasikan
berbagai model festival. Pemkot hanya mensupport
dari sisi pembiayaan dan fasilitas-fasilitas lainnya. “Miniatur-miniatur meriam
karbit juga menjadi salah satu souvenir khas Kota Pontianak,” tukasnya.
Peresmian gebyar meriam karbit ini ditandai dengan penyulutan meriam
secara bersama-sama oleh Wali Kota Pontianak beserta jajaran Muspida yang hadir
pada malam itu. Tak hanya itu, acara ini semakin semarak dengan dimeriahkan
panggung hiburan di atas ponton berukuran besar mengapung tepat di tengah depan
panggung utama di pinggir Sungai Kapuas, dilengkapi iringan musik serta lighting dan layar proyektor. Hampir di sepanjang
pinggiran Sungai Kapuas dijejali masyarakat yang ingin menyaksikan permainan
khas masyarakat Kota Pontianak ini yang menjadi tradisi tahunan setiap malam
lebaran. (jim)
0 komentar:
Posting Komentar