Dalam tausiyahnya
selama lebih kurang tujuh menit, Sutarmidji menjelaskan, seorang pemimpin
adalah seseorang yang ketika berada di tengah-tengah masyarakat, dia dianggap
pemimpin padahal dia bukanlah pemimpin. Dan ketika orang itu sudah menjadi
pemimpin dalam konteks formal, maka masyarakat menganggap dia bukan pemimpin.
“Artinya, ketika dia berada di tengah masyarakat, dia dianggap sebagai sosok seorang
pemimpin karena kepiawaiannya meskipun dia bukan pemimpin. Begitu juga ketika
dia sudah benar-benar menjadi seorang pemimpin, dia bisa berbaur dengan
masyarakat sehingga masyarakat menganggap orang itu bukan pemimpin tetapi bagian
dari mereka,” paparnya.
Bulan Ramadhan ini,
Sutarmidji juga mengajak seluruh jamaah shalat tarawih yang hadir untuk
memperbanyak ibadah sebanyak-banyak mungkin karena belum tentu seseorang akan
bertemu lagi pada bulan Ramadhan tahun-tahun mendatang. “Karena kita semua akan
menghadapi kehidupan hakiki yang sudah pasti yakni kematian. Maka dari itu persiapkanlah
diri kita dengan memanfaatkan kesempatan di bulan Ramadhan yang penuh rahmat
ini,” tuturnya.
Banyak amalan yang
ringan dan bisa dilakukan oleh setiap umat muslim. Amalan-amalan itu apabila
dilakukan terus-menerus, apalagi di bulan Ramadhan ini, maka pahala yang
didapat akan dilipatgandakan. Amalan itu diantaranya shalat sunah dua rakaat
setelah berwudhu, membaca ayat kursi dengan ikhlas dan khusyuk, menunggu
tibanya waktu shalat, berusaha mencari saf yang paling depan, dan banyak amalan
lainnya.
“Yang tak kalah
penting yakni mengevaluasi apa yang sudah dilakukan sejak sebelum tidur hingga
bangun tidur. Jangan tidur apabila dalam kondisi marah atau bertengkar.
Selesaikanlah dulu permasalahan itu karena kita tidak akan pernah tahu apakah
saat kita tidur masih diberikan kesempatan untuk bangun oleh Allah, SWT,”
tukasnya.
Diakuinya, meski
amalan itu sederhana tetapi jika dilakukan terus-menerus dan khusuk maka pahala
yang didapat berlipat ganda dan akan mengantarkan seseorang ke surga. (jim)
0 komentar:
Posting Komentar